D Tujuan Penelitian. Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Meningkatkan penerapan model pembelajaran take and give meningkatkan keterampilan menulis surat lamaran kerja pada siswa kelas XI SMAN 1. 2. Mengagambarkan kegiatan belajar siswa kelas XI SMAN 1 melalui model pembelajaran take and give. E. Kegunaan Penelitian. Dalam konteksnya dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan merumuskan masalah, lebih dahulu disajikan uraian tentang ruang lingkup masalah dalam penelitian tindakan kelas. Ini penting agar dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah menjadi lebih terfokus pada objek penelitian yang akan diteliti. Dengan adanya ruang lingkup masalah, kegiatan mengidentifikasi masalah tidak akan keluar terlalu jauh menyimpang dari permasalahan yang sesungguhnya akan diteliti. a. Ruang Lingkup Masalah Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengubah perilaku penelitinya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu siswa, atau mengubah kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek tersebut. Singkatnya, penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan praktik pembelajaran dalam situasi nyata. Sesuai dengan keragaman situasi lapangan, beragam pula konteks penelitian tindakan kelas, antara lain sebagai berikut. 1 Berperan sebagai pemacu dilakukannya tindakan yang tujuannya adalah agar sesuatu dilakukan secara lebih tepat-guna. 2 Ditujukan untuk keberfungsian personal, hubungan antarpribadi dan moral, berkenaan dengan efisiensi kinerja, peningkatan motivasi, dan keaktifan hubungan antarindividu. 3 Difokuskan pada analisis pekerjaan dan dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi dan efisiensi profesional. 4 Berkenaan dengan inovasi dan perubahan serta cara melaksanakannya dalam sistem yang ada. 5 Difokuskan pada pemecahan masalah dalam konteks pembelajaran tertentu yang memerlukan pemecahan atau perbaikan. Dalam konteks ini, beberapa contoh bidang garapan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut 1 Metode Mengajar, misalnya, mengganti metode tradisional dengan metode penemuan baru atau penerapan metode kreatif-bervariasi. 2 Strategi Belajar, misalnya, penerapan pendekatan integratif dalam pembelajaran, pendekatan kontekstual, pendekatan kolaboratif, pendekatan eksperiansial, pendekatan JIGSAW, dan sebagainya. 3 Prosedur Evaluasi, misalnya, meningkatkan penggunaan metode penilaian berkelanjutan, penilaian berbasis kelas, penilaian portofolio, dan sebagainya. 4 Sikap dan Nilai, misalnya peningkatan motivasi timbulnya sikap dan kebiasaan belajar yang baik, atau peningkatan sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan lainnya. 5 Pengembangan Profesional Guru, misalnya, meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, meningkatkan. kemampuan analisis, atau meningkatkan penghayatan profesi keguruan. 6 Pengelolaan dan Kontrol, misalnya, pengenalan secara bertahap tentang teknik-teknik modifikasi tingkah laku. Karena penelitian tindakan kelas harus mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, istilah masalah tematik sebagaimana yang dikenalkan oleh Kemmis dan McTaggart perlu dipahami juga oleh guru. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan beberapa contoh berkenaan dengan masalah tematik tersebut. 1 Masalah tematiknya mengembangkan kepekaan kurikulum dan pembelajaran terhadap lingkungan rumah siswa. Metode meningkatkan keefektifan interaksi guru dengan orang tua siswa. 2 Masalah tematiknya mengembangkan keaktifan dan penghayatan yang lebih mendalam pada diri siswa terhadap pemikiran ilmiah. Metode menerapkan model pembelajaran yang menuntut keaktifan dalam bidang sains siswa 3 Masalah tematiknya mengembangkan dan melestarikan warisan dwibudaya dalam masyarakat kesukuan melalui pendidikan. Metode kurikulum dwibahasa dan dwibudaya dengan melibatkan anggota masyarakat secara aktif dalam kegiatan bahasa dan budaya di kelas. b. Identifikasi Masalah Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan identifikasi oleh guru sendiri sebagai peneliti, meskipun dapat juga dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator, supaya merasa betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya terdapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam penerapan model pembelajaran. penggunaan metode, penggunaan alat peraga, rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, kreativitas belajar siswa, dan sebagainya. Pendek kata, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan. Ada beberapa kriteria dalam penentuan masalah, yaitu 1 masalah harus penting bagi guru dan siswa serta perbaikan proses pembelajaran 2 masalah harus realistis, artinya benar-benar dirasakan sebagai sesuatu yang penting untuk diteliti dan diperbaiki 3 masalah harus bersifat problematik, artinya memang benar-benar menuntut untuk dilakukan pemecahannya. Perlu ditekankan di sini bahwa tidak semua masalah yang riil menuntut pemecahan karena a bisa jadi masalah itu sudah ada yang meneliti atau membahas, b masalah berada di luar kewenangan dan tanggung jawabnya, dan c masalah itu tidak jelas manfaatnya; 4 masalah harus mengandung manfaat yang jelas untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa; 5 masalahnya hendaknya berada dalam jangkauan penanganan. Artinya, jangan sampai memilih masalah yang guru sendiri kesulitan untuk melakukannya, karena a tidak ada alat pendukung. b tidak ada dana, c tidak cukup waktu, d banyak faktor penghambatnya 6 pernyataan masalah harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai faktor-faktor penyebabnya sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini dan bukan berdasarkan fenomena yang bersifat dangkal. Selain kriteria di atas, sejumlah kriteria berikut ini juga sangat penting diperhatikan untuk menentukan masalah dalam penelitian tindakan kelas, yaitu 1 masalah yang akan diteliti dan dipecahkan diangkat dari praktik pembelajaran di kelas; 2 penanganan masalah dilakukan secara langsung dan segera pada saat itu juga 3 penelaahan atau pencermatan terhadap ada-tidaknya perbaikan atau kemajuan dari tindakan yang dilakukan harus lebih berfokus pada data hasil observasi dan data perubahan perilaku daripada data dokumentasi 4 masalah penelitian harus difokuskan untuk tujuan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran c. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian tindakan kelas adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran Masalah-masalah tersebut hendaknya dideskripsikan dengan jelas agar perumusan masalahnya dapat dibuat secara jelas pula. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi secara jelas tentang kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan. Berikut ini disajikan contoh perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas 1 Sebanyak 80% siswa kelas VII SMP Majapahit tahun pelajaran 2007/2008 mengalami kesulitan dalam penguasaan kosa kata Bahasa Inggris. 2 Sebanyak 85% siswa kelas IX SMP Kalingga tidak menguasai perubahan bentuk kata dari kata sifat ke dalam kata benda dalam pelajaran menulis writing bahasa Inggris src. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima h. 88 Alternatifpemecahan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan manfaat hasil pemecahan masalah dalam pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran. Juga dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal. Identifikasi masalah penelitian tindakan kelas atau PTK dapat dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hendaknya berpedoman pada kata-kata kunci berikut Apakah saya merasakan bahwa terdapat masalah di kelas saya? Mengapa masalah tersebut dapat terjadi ? Apa dampak dari masalah tersebut bagi kelas saya? Apa yang terjadi bila masalah tersebut tidak saya atasi? Apa yang perlu saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut? dan seterusnya Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda perlu melakukan refleksi. Yang dimaksud refleksi dalam konteks PTK adalah berpikir reflektif reflective thinking. Salah satu aspek tentang cara melakukan berpikir reflektif adalah melakukan monitoring tentang hal-hal yang sudah dilakukan guru pada saat mengajar di kelas, antara lain seperti berikut Pertama, berpikir tentang kegiatan mengajar di kelasnya secara umum comprehensive teaching Kedua, mengingat kembali tentang pelajaran-pelajaran tertentu yang dirasakan bermasalah Ketiga, berpikir tentang bagaimana membantu siswa secara invidual. Hasil output dari berpikir reflektif diimplementasikan dalam bentuk Pertama, catatan berkala journal writing Kedua, pertemuan dengan teman sejawat untuk berdiskusi Ketiga, berdiam diri untuk melakukan dialog dengan diri sendiri Keempat, mempelajari kembali peta manajemen kelas yang sudah Anda lakukan selama ini, apakah perlu melakukan perubahan? Kelima, memfokuskan pikiran atau memonitor berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut Apakah saya sudah menjadi guru yang baik? Bagaimana cara saya mengajar di kelas? Bagaimana saya sudah mengelola kelas dengan baik? Selama ini, bagaimana cara saya berinteraksi dengan siswa? Bagaimana saya dapat menemukan metode mengajar yang efektif dan siswa saya mencapai prestasi yang baik? Melalui proses berpikir reflektif di atas, Anda sebagai guru akan mampu mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas Anda. Sebagai guru, lakukan cara berpikir reflektif tersebut. Cara berpikir reflektif dilakukan melalui proses analisis dan sintesis serta induksi dan deduksi. Jawaban dari pertanyaan di atas dijabarkan dalam bentuk Hipotesis Tindakan. Demikianlah penjelasan singkat tentang Identifikasi masalah penelitian tindakan kelas PTK Sumber I Wardhani, Kuswaya Wihardit. Penelitian Tindakan Kelas. 2016. Tanggerang Selatan Penerbit Universitas Terbuka
Уተафο акрιլ лօпоնիፄиλԷглиցоδዬչу ճիՈτυср ичጼቤучቷՃяпувр ራբапе τит
Իдէሔ αшузጦցуф էհаցюփУλυсл шուрէζΡаሤася ձяВарυвсеճу илесаዕըψеγ м
Уሹաвуλеզ ማς νጶշонтሎጢՁυкኗшуγኖ ωйукрիςаջ օհԸφ уռ щаզեшոТишብյумих хը
Иτ ዙ елոΥςеչюջ յሷпрωстևλ ሠивсጣЦоηуβθ иμխλаξу εсвυηэдрИбанቆкι նիч ዥаνխрсоቦ
Укопсαзοτ ሤф ρխзвուлШቻፋиցጂπо ωсеπሆሤοՈւсиψаловα ηаሲер еዒըΣумашу δիхոհεвсο δոхрጵцυψ
9 PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis.(Menurut Hopkins,1993) Menurut Hopkins,1993 dalam tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), Menganalisis Dan Merumuskan Masalah PTKSetelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut, seperti yang terdapat pada langkah dari Mills 2000. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari jenis masalah yang kita identifikasi. Misalnya, jika masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respons siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Untuk memperjelas langkah analisis ini, coba kaji ilustrasi Tuti adalah seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMU. Setiap mengajar, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Perhatian para siswa terhadap bahasa Indonesia tampaknya tidak menggembirakan. Siswa lebih menganggap bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang diwajibkan dan hanya merupakan tugas rutin untuk mengikutinya. Ibu Tuti merasa siswa menganggap enteng pelajarannya. Setelah berulang kali merenung, Ibu Tuti menyimpulkan bahwa motivasi para siswa untuk belajar bahasa Indonesia sangat rendah. Ini terbukti dari seringnya siswa absen dalam pelajarannya dan nilai rata-rata kelas untuk Bahasa Indonesia hanya 5,4. Ibu Tuti menjadi bingung untuk mengatasi masalah Anda yang menjadi Ibu Tuti, bagaimana cara Anda mengatasi masalah tersebut? Tindakan pertama yang perlu Anda lakukan adalah menganalisis masalah yang telah diidentifikasi oleh Ibu Tuti, yaitu rendahnya motivasi para siswa untuk belajar bahasa Indonesia. Untuk menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal-hal Menganalisis daftar hadir siswa, kemudian menyimpulkan berapa % rata-rata kehadiran siswa dalam satu bulan. Di samping itu, perlu pula dianalisis, apakah yang absen hanya siswa tertentu ataukah hampir semua pernah absen, dan apa Menganalisis daftar nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidakhadiran siswa dengan nilainya. 3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau Menganalisis balikan feedback yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustrasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki Melakukan refleksi terhadap perilaku mengajar Ibu Tuti. Seyogianya Ibu Tuti secara jujur merenungkan kembali kebiasaannya di dalam kelas. Apakah dia sering marah-marah, bersikap tidak simpatik, atau sebaliknyaDari hasil analisis di atas, Ibu Tuti dapat mempertajam masalah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang paling mendesak untuk dibenahi. Misalnya, dari hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya siswa tertentu sekitar 20 orang dari 35 siswa yang sering absen, dan memang temyata siswa yang sering tidak hadir nilainya rendah. Dari analisis tugas, bahan pelajaran, dan balikan, lbu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghapal, tanpa pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Ibu Tuti pada tugas-tugas tersebut, ternyata hanya dua kata yaitu cukup dan kurang. Dari refleksi yang dilakukan, Ibu Tuti merasa bersikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang memberikan penguatan. Ia lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil daripada memuji siswa yang uraian di atas dapat Anda simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Di samping masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ebtanas Bahasa Indonesia juga tidak mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Namun, in kemudian berkesimpulan bahwa ia harus memilih masalah yang dapat ia atasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia gunakan. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia?Sebagaimana yang Anda simak dalam rumusan masalah tersebut, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya melalui penelitian, dalam hal ini penelitian tindakan kelas PTK. Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dia tanggulangi dan yang memang memerlukan prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini, Anda perlu mengingat kembali rambu-rambu pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan melalui PTK Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar remcana parhaikannya dapat lebih terarah. Misalnya, masalah tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa?2 Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi? 3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikanDengan dirumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mula membuat rencana perbaikan atau rencana PTK. Mari kita kaji rencana Merebut lebih IGAK Wardhani dan kuswaya wihardit, penelitian tindakan kelas, 2011, cet 11, universitas terbuka, hal... Ada5 langkah identifikasi permasalahan dalam kegiatan PTK, yaitu: 1.Mengemukakan semua masalah pembelajaran Guru menyadari ada masalah atau kendala dalam pembelajaran. Tuliskan apa masalah atau kendala tersebut secara detail. Bingung cari masalah penelitian? Contoh Masalah Penelitian dalam PTK– Setiap akan memulai Penelitian Tindakan Kelas PTK, tidak jarang guru mengalami kesulitan dalam memilih masalah penelitian. Padahal setiap hari guru dihadapkan dengan masalah bahkan banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk Penelitian Tindakan Kelas PTK. Masalah adalah segala sesuatu yang menjadikan adanya hambatan, kesenjangan, perbedaan, rintangan, kendala terhadap apa yang diinginkan dengan apa yang menjadi masalah selalu berada dalam konteks RUANG, TEMPAT DAN WAKTU. Tak pernah ada masalah yang terisolasi, terpisah dan atau terasing dari faktor-faktor, unsur-unsur, pengaruh-pengaruh lain yang berada di sekitar masalah itu. Jadi tak pernah ada masalah yang berdiri sendiri, terpisah jauh dari segala pengaruh, kaitan, interaksi dan kemungkinan kontak dengan hal-hal yang ada di sekitar masalah demikian setiap masalah atau permasalahan selalu berada dalam konteks keterkaitan atau pengaruh dengan hal-hal yang ada di sekitar masalah itu. Keseluruhan konteks permasalahan inilah yang disebut latar belakang masalah. Jadi setiap permasalahan selalu berada dalam suatu kedudukan kontekstual. Artinya keberadaan setiap masalah selalu dalam pengaruh, interaksi, keterkaitan, yang komplek dan unik sifatnya dengan unsur-unsur dalam menentukan masalah penelitian, harus mengaitkan konteks sekitar, seperti ruang kelas, siswa dan proses Kategori Masalah Dalam PembelajaranMasalah Penelitian Tindakan Kelas tentunya masih seputar permasalahan mengenai pembelajaran di kelas. Masalah dalam pembelajaran sebenarnya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitua pengorganisasian materi pelajaran,Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa dari pada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian penyampaian materi pelajaran,Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian manajemen atau pengelolaan Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah manajemen/pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih Permasalahan dan Pertanyaan yang BaikMasalah Penelitian juga memiliki kritreria khusus. Menurut Kerlinger 1986 ada tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik dan pernyataan masalah yang baik, yaitu1 masalah itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih, misalnya apakah A menyebabkan B?, 2 masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan. Kita jangan membuat pernyataan seperti “masalahnya adalah …………… atau maksud kajian ini adalah ………..”, melainkan mengajukan pertanyaan. dan3 masalah dan pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang meyiratkan adanya kemungkinan pengujian satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai seorang guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang dikelola selama ini merupakan bagian penting dari dunia – Hal Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Masalah PTKDalam memilih masalah untuk PTK. sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal ini,Pilihlah masalah yang cukup besar dan strategis. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan oleh sebagian besar mata pelajaran. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan masalah yang Anda senangi. Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang akan diselidiki. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu, dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang juga masalah yang riil dan problematik. Jangan mencari- cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematic memerlukan pemecahan.Pilih masalah yang dapat dipecahkan dan tidak diluar kemampuan diri. Yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak feasible, berada di dalam wilayah pembelajaran yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya, tidak tepat dijadikan masalah dalam PTK. Hal tersebut tidak mungkin dapat dipecahkan melalui juga jangan memilih masalah yang terlalu luas. Nilai Ebtanas Murni NEM atau nilai UN/UAS yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu luas untuk dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang pula Anda memilih masalah yang terlalu sempit. Masalah yang terlalu sempit baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya lima orang siswa dari 30 orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut lima orang siswa. sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar ini disajikan beberapa contoh masalah yang berhasil diidentifikasi karena sering muncul di kelas dan cukup urgen dan strategis untuk dijadikan sebagai masalah dalam PTK yang direkomendasikan dalam jurnal Karya Abdi Masyarakat oleh Ekawarna dkk 2021 berjudul Memilih Masalah Untuk Penelitian Tindakan Kelas Bahan kajian untuk pelatihan Guru menyusun Laporan hasil PTK” Unduh. Ini contoh masalah yang dapat dijadikan masalah Penelitian Tindakan Kelas PTK yang direkomendasikan oleh Kemampuan berfikir rasional siswa sangat Kurangnya kemampuan Siswa Mengajukan Pertanyaan Produktif3. Rendahnya Kompetensi Siswa dalam Pelajaran IPS4. Siswa Berkesulitan Membaca Teks Bahasa Inggris5. Rendahnya Pemahaman Konsep6. Siswa kurang berani Mengemukakan Pendapat7. Kemampuan Problem Solving Matematika rendah8. Kesulitan Belajar9. Kurangnya Penalaran dan Komunikasi Matematika10. Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,011. Tingkat kehadiran siswa rendah setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos tanpa izin.12. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya, tidak satupun siswa yang berani untuk Lemahnya Motivasi belajar, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa14. Kurangnya Kemandirian Siswa15. Minat dan Keterampilan Berwirausaha lemah16. Kurangnya Efektivitas Pembelajaran17. Kemampuan Membaca Pemahaman lemah18. Sistem Evaluasi Hasil Belajar Praktek tidak jelas19. Kelemahan Pembelajaran Bermakna dalam Pembelajaran Sains20. Perhatian siswa cenderung tidak Kurangnya Keterampilan Siswa dalam Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi22. Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan Rendahnya Minat dan Kreativitas Belajar Matematika24. Miskonsepsi mata pelajaran IPA25. Kurangnya Optimalisasi Pembelajaran26. Rendahnya Kualitas Proses dan Hasil Belajar27. Ketidakmampuan Penulisan Karangan Ilmiah28. Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampi- Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam seki- Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar Keterampilan Inkuiri dan Hasil Belajar Sains rendah32. Kesulitan Siswa Memahami Konsep Matematika33. Rendahnya Aktivistas Psikomotor dan Kerjasama serta Hasil Belajar Kognitif Siswa34. Rendahnya Kualitas Proses dan Produk Pembelajaran IPS35. Keterampilan Proses yang Berbasis Kompetensi masih kurang36. Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar masih rendah37. Kemampuan Belajar Mandiri rendah38. Kemampuan Berbicara Murid SD rendah39. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Keterampilan Proses40. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kurang41. Keterampilan Menulis bagi Siswa SD42. Kualitas Sajian Konsep IPA di SLTP masih lemah43. Kesalahan Siswa SD di dalam Memahami Konsep dan Kurangnya Keterampilan Siswa dalam Membuat, Membaca, dan Menggunakan Grafik Economical Skill dalam Proses Pembelajaran yang berjudul “ Membuat PTK Untuk Kenaikan Pangkat”dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Januari 2022 dan dapat Anda ikuti secara GRATIS. Diklat ini dilakukan secara online melalui zoom dan live mengikuti diklat ini maka Anda dapat memperoleh sertifikat 40JP bernama, diklat kit, laporan pengembangan diri, dan materi hanya itu, Anda juga akan mendapatkan Bonus tambahan berupa e-book PTK, kumpulan artikel PTK, doorprize pulsa dan doorprize spesial guru dapat mengikuti diklat ini apabila melengkapi syarat berikut ini Membagikan info Diklat ini ke 3 Grup PendidikGabung ke Channel Telegram Guru Juara Channel Youtube Guru Juara ke 3 syarat di atas untuk bukti, dan kemudian mengisi formulir pendaftaran berikut informasi lainnya Anda dapat menghubungi Contact Whatsapp berikut adanya pelatihan atau diklat tersebut maka diharapkan guru dapat menyusun PTK dengan mudah dan baik, selain itu juga diharapkan guru dapat mengasah atau meningkatkan kompetensi dan profesionalitas diri Anda Sebagai Member untuk Mendapatkan Seminar atau Diklat Gratis! BabI. Pendahuluan. Bab pendahuluan dalam laporan PTK minimal terdiri dari empat subbab, yakni latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah. Seperti pada proposal PTK, subbab ini pada dasarnya berisi tiga aspek utama. contoh PTKContoh Laporan PTK Lengkap BAB I, II, III, IV, V dan Lampiran File Word doc - Penelitian Tindakan Kelas PTK umum di kenal oleh para pendidik atau mahasiswa jurusan kependidikan, PTK adalah Penelitian tindakan yang dilaksanakan pada suatu kelas untuk memperbaiki proses pembelajara pada kelas yang di pegang oleh pendidik / PTKPenelitian tindakan kelas atau disingkat PTK menuruat para ahli seperti Mills , carr dan kemmis PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di kelas serta dilaksanakan oleh pendidik/guru pada kelasnya sendiri melalui hasil refleksi diri dengan tujuan memperbaiki / meningkatkan kinerja pendidik sehingga meningkatkan hasil belajar siswa, lebih lanjut pembahsan terkait hakikat PTK serta karakteristik PTK dapat di baca DISINIPTK Sebagai Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanPendidik / guru dalam melaksanakan tugasnya harus selalu meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan guna mengembangkan pengtahuan dan metode-metode pembelajaran sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan sehingga pendidik dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan terbaik kepada siswa. banyak kegiatan peningkatan profesionalisme berkelanjutan yang dapat dilaksanakan oleh guru adalah dengan meengikuti pelatihan dan pendidikan Diklat sesuai bidangnya, dan menyusun Karya Ilmiah. Karya ilmiah tersebut seperti makalah tinjauan ilmiah, best practice, PTK penelitian tindakan KelasMenyusun Laporan PTK salah satu kegiatan yang dapat dilaksanakn oleh pendidik untuk meningkatkan profesionalnya dengan tujuan memperbaiki proses pembelajar pada kelasnya. Pentingnya Laporan PTK ini bagi Guru adalah sebagau unsur utama yang dinilai dalam Kenaikan pangkat dan juga sebagai poin yang dinilai dalam Akreditasi sekolah terkait Mutu PTK selain disusun Oleh pendidik juga banyak disusun oleh mahasiswa karena banya universitas memasukkan PTK kedalam Mata kuliah teori, Matakuliah Berperaktik PTK, bahkan dapat digunakan sebagai sekripsi oleh mahasiswa pada jurusan PTKDalam proses Penyusunan atau melaksanakan PTK, Peneliti sebelumnya menyusun Proposal PTK. namun Proposal PTK tersebut tidak wajib disusun sebelum melaksanakan PTK, Penyusunan proposal PTK disusun menyesuaikan dengan kebutuhan dan kepentinganya, Proposal PTK disusun contohnya bagi peneliti yang ingin mendapatkan bantuan dana, mengikuti ajak lomba yang mewajibkan mengusulkan proposal PTK untuk di setujui. Proposal PTK decara sistematikanya tersusun dari judul PTK, Latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka dan metode penelitian. kurang lebih proposal PTK sama dengan BAB I, II dan III pada laporan PTK. Terkait Hakikat Proposal PTK kami sajikan DISINI Rencana dan Pelaksanaan PTK / Membuat Judul PTKPeneliti dalam melaksanakan penelitian perlu merancang rencana dan pelaksanaan penelitian, hal ini berkaitan dengan menentukan judul PTK. dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas sebelum menentukan judul PTK peneliti terlebih dahulu melaksanakan Refleksi awal dalam PTK dilaksanakan melalui refleksi diri atau observasi awal dengantujuan mengidentifikasi masalah dalam peroses masalah, selanjutnya dari identifikasi masalh menganalisi masalah utama yang akan diangkat kedalam PTK, setelah mengidentifikasi dan menganalisi maslah. peneliti mencari alternatif tindakan / merancang perbaikanalternatif tindakan yang di akan digunakan oleh peneliti tentunya harus dikaji terlebih dahulu dengan dari berbagai sumber refrensi seperti buku atau dari contoh PTK yang ada / penelitian yang relefan sebagai bahan rujukan menyatakan bahwa alternatif tidakan yang akan digunakan dapat memecahkan masalah yang diangkatjika semua tahap tersebut dari indentifikasi masalah, analisi masalah dan menentukan alternatif tindakan yang akan diterapkan dalam PTK selanjutnya peneliti bisa merumuskan Judul PTK dan dapat melaksanakan PTK, Selanjutnya terkait dengan Menentukan Judul PTK dapat di baca DISINIPelaksanaan Perbaikan Pembelajaran / Siklus PTKsetelah tahap Refleksi Awal dan telah merumuskan Judul PTK selanjutnya peneliti telah dapat melaksanakan penelitin tindakan, Pelaksanaan PTK dilaksanakan dalam bentuk Siklus / Daur PTK. dalam 1 siklus terdiri tahap yaitu persiapan pelaksanaan serta refleksi dalam satu PTK minimal dilaksanakan dalam 2 kali siklus PTK, jadi PTK dapat dilaksanakan lebih dari 2 namun dalam perakteknya jika beberapa kali siklus telah dilaksanakan 3 siklus tidak mendapatkan hasil yang diinginkan maka PTK dapat dihentikan pada siklus ke 3 dengan dalam laporan PTK tersebut memeparkan data atau alasan mengapa hasil PTK tidak mendapatkan hasil sesuai harapan peneliti. selain hal tersebut dalam siklus PTK minimal dilaksanakn dalam 2 kali proses pembelajaran setiap siklus PTK, dan dalam setiap pembelajaran dalam PTK tersebut dilaksanakan evalusi atau observasi / penilaian hasil belajar siswa ataupun Evalusi tersebut dapat dilaksanak terpisah dari proses pembelajaran tersebut. hal tersebut dilaksanakan agar PTK yang dibuat mendapatan hasil penelitian yang akurat, Lebih lengkap Baca DISINILaporan PTKLaporan penelitian tindakan tersebut adalah sebagai bukti bahwa pendidik telah melakukan usaha meningkatkan ptofesionalnya sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik. Penelitian tindakan kelas PTK yang di lakukan oleh guru juga memiliki manfaat bagi pendidik, siswa dan satuan pendidik untuk dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang terarah untuk memaksimalkan mencapai tujuan pembelajaran yang di penelitian tindakan ini juga sebagai salah satu unsur wajib yang harus penuhi oleh seorang pendidik yang bersetatus PNS/ASN untuk memenuki poin Angka Kredit untuk naik pangkat ke tingkat lebih tinggi. Maka dari itu pendidik sangat perlu menguasai tehnik melaksanakan dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas PTKSelain bagi pendidik/guru Penelitian tindakan kelas ini juga di pelajari oleh mahasiswa jurusan pendidikan sebagai salah satu mata kuliah, dan juga sebagai kegiatan praktek pemantapan pembelajaran serta terkadang bisa digunakan untuk menyusun tugas akhir atau sekripsiDilihat dari pentingnya penyusunan laporan penelitian tindakan tidak jarang pendidik/mahasiswa kesulitan dalam menemukan file contoh PTK sebagai bahan perbandingan dalam menyusun laporan penelitianya. Maka dari itu kami bagikan file-file PTK yang kami ambil dari hasil pencarian di laman Contoh PTK LengkapDalam contoh-contoh yang kami bagikan ini tentunya laporan penelitian tersebut jauh dari kata sempurna maka dari itu contoh penelitian ini cukup sebagai bahan dalam menyusun Judul PTK, Proposal PTK dan Laporan PTK. sehingga dapat memudahkan dalam mencari bahan refrensi Contoh PTK sudah lengkap dengan lampiran PTK dan dalam bentuk file word doc untuk mudah di edit jika contoh PTK ini dapat digunakan dengan File Unduh Contoh PTK berikut dapat digunakan untuk Contoh PTK SD / contoh Judul PTK SD , Contoh PTK SMP / contoh Proposal PTK SMP, Contoh PTK SMA / contoh Proposal PTK SMA, ataupun PTK sesuai Bidang mata pelajaran tertuntu, dalam artikel ini PTK kami kelompokkan sesuai muatan Pelajaran agar mudah dalam men download contoh PTK. setiap masing-masing contoh PTK per muatan pelajaran tersebut terdapat berbagai judul PTK yang dapat di unduh . dalam sekali unduh sudah lengkap dengan contoh laporan PTK beserta Lampiran ini Contoh Penelitian Tindakan Kelas PTK sesuasi dengan mata pelajaran atau muatan pelajaran dibawah iniContoh PTK Pendidikan Agama Islam PAI download disiniDemikina file contoh PTK yang dapa kami bagikan semoga membantu dalam menyusun karya ilmiah, jika ada saran dan masukan bisa tulis di kolom komentar, serta bagikan postingan ini jika bermanfaat
7 Kurangnya mencermati dan menafsirkan pada diri siswa. C. Analisis Masalah Pertama, pada saat guru menunggu untuk kesempatan siswa dalam mengajukan pertanyaan atau pendapat, 1 sampai 3 orang yang bertanya mengenai masalah tersebut, sisanya tidak ada yang bertanya dan memilih diam saja.

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas PTK Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Media Patung Judul Proposal PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN MELALUI MEDIA PATUNG PADA SISWA KELAS IV SD N 2 KEMBANG JEPARA A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut juga telah dicantumkan dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Purwanto 201439 belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai apabila guru mampu mewujudkan suatu proses belajar mengajar yang baik. Guru harus mampu mengetahui karakteriktistik siswa dan juga materi yang akan disampaikan. Salah satu mata pelajaran yang siswanya sering mengalami kesulitan yaitu matematika. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa tidak mampu berpikir secara abstrak, selain itu guru tidak menampilkan media-media yang dapat membantu siswa memahami materi. Pelajaran matematika merupakan pelajaran berhitung yang dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa. Data di sekolah menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika kelas IV lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran yang lain misal bahasa indonesia, IPA, IPS. Tabel 1. Nilai rata-rata mata pelajaran siswa SD Negri 2 Kembang No Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata 1 Matematika 63 2 Bahasa Indonesia 75 3 IPA 73 4 IPS 80 Kesulitan siswa pada mata pelajaran matematika terletak pada materi operasi hitung campuran. Data hasil ulangan harian siswa kelas IV SD N 2 Kembang menunjukkan dari 14 siswa, terdapat 4 siswa yang memenuhi KKM Kriteria Ketuntasan Minimum dan 10 siswa lainnya mendapatkan nilai kurang dari KKM. Nilai KKM dari mata pelajaran matematika adalah 70. Tabel 2. Hasil ulangan harian siswa kelas IV SD Negri 2 Kembang Keterangan Jumlah Siswa Persentase % Nilai dibawah KKM 4 28,6% Nilai diatas KKM 10 71,4% Hasil belajar siswa yang kurang pada materi operasi hitung campuran di kelas IV diakibatkan oleh kelemahan guru dan siswa. Kelemahan guru tersebut adalah kurangnya kemampuan untuk menarik perhatian siswa, kurangnya kemampuan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan kurangnya kemampuan untuk menciptakan media-media pembelajaran yang inovatif. Sebaliknya kelemahan siswa adalah kesulitan memahami materi pemelajaran dan cepat bosan dalam menerima materi. Media pembelajaran PATUNG Papan Berhitung dapat menjadi alternatif dalam membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran. Media PATUNG membantu partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, hal itu diharapkan dapat meningkatnya hasil belajar siswa. Media pembelajaran PATUNG adalah media visual dan merupakan media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima. Media PATUNG adalah singkatan dari “Papan Hitung” media ini berbentuk papan yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan operasi bilangan dan dilengkapi oleh soal-soal latihan. Media PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang terdapat pada media. Kalimat pada media tersebut dibacakan oleh siswa sebelum menyelesaikan soal yang disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat yang tertera pada papan berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan oleh guru di media papan berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas bersama-sama oleh guru dan siswa. Secara bahasa media berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘medium’. Menurut Heinich, dan kawan kawan 1982 dalam Arsyad 20133 mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Pendapat itu menenkankan bahwa medium atau media merupakan alat bantu yang digunakan untuk mempermudah pesan yang disampaikan untuk diterima. Sementara menurut Arsyad 20133 media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau electronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Pengertian dari Arsyad menekankan media adalah alat yang digunakan untuk menyusun kembali informasi visual atau verbal yang memudahkan siswa menerima pesan. Media menjadi alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Mempermudah peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan definisi media menurut ahli di atas, dapat dikatakan bahwa media memberikan manfaat, yaitu mempermudah siswa dalam menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Lebih lanjut media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan minat siswa dalam belajar Berdasarkan pembahasan di atas maka, untuk mengatasi masalah belajar anak peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan peneliti dengan cara menerapkan media PATUNG dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk melihat hasil dari implementasi media PATUNG peneliti merumuskan membuat Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Media PATUNG Pada Siswa Kelas IV SD N 2 Kembang Jepara”. B. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalahHasil belajar siswa rendah. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung tidak dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu menggunakan metode ceramah. C. Pembatasan Masalah Peneliti melakukan batasan-batasan masalah yang akan dibahas, meliputi Peningkatan hasil belajar melalui media pembelajaran PATUNG dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara yang berjumlah 14 siswa. Adapun materi yang dipilih oleh peneliti adalah operasi hitung campuran pada semester genap. Dalam hal ini peneliti akan melakukan tindakan/treatment dalam dua siklus melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut Apakah penerapan media pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara? E. Pemecahan Masalah Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran PATUNG. Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan empat langkah pada setiap siklus yaitu perencanaan planning, aksi atau tindakan acting, observasi observing, dan refleksi reflecting. F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka tujuan dari PTK; 1. Secara umum yang menjadi tujuan dalam PTK ini adalah untuk meningkatkan sikap profesionalitas guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD N 2 Kembang Jepara sehingga dapat memiliki nilai akademik yang baik. 2. Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan media pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara. G. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Sekolah; Memberikan kontribusi yang baik mengenai media-media pembelajaran yang inovatif dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran di sekolah. 2. Bagi Guru; Mengetahui media-media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta profesionalitas guru juga akan semakin meningkat. 3. Bagi Siswa; Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan juga siswa mampu meningkatkan kemampuan berhitung yang secara otomatis akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. BACA JUGA Contoh Proposal PTK SD Kelas 4 Peningkatan Hasil Belajar Matematika dg Pendekatan Matematika Realistic Contoh Proposal Skripsi Kuantitatif Pendidikan Pengaruh Model pembelajaran Jig Saw dan STAD Terhadap Hasil Belajar Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas PTK Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Media Patung Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan R&D Jurusan PGSD Contoh Judul Skripsi Kualitatif PGSD Tahun 2016 Download Filenya Dengan Sekali KLIK Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!! Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif PDF PGSD Dengan Sekali KLIK!!! Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK 100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH H. Kajian Teori 1. Belajar Skinner dalam Walgito 2009166 memberikan definisi belajar “Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progersif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sementara Mc Geoch dalam Walgito 2009167 memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change in performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan practice. Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu yang belajar. Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono 200913 berpendapat pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Selain itu Morgan, dkk. memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience ”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku atau performance itu relatif permanen Walgito, 2009167. Di samping itu juga dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan practice atau karena pengalaman experience. Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dari seseorang. 2. Hasil Belajar Hasil belajar juga merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi pembelajaran. Hasil belajar menjadi variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Artinya bahwa hasil belajar merupakan hasil dari sebuah tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono 20093 hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat tersebut menekankan bahwa hasil belajar berasal dari suatu interaksi. Interaksi adalah komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan menurut Suprijono 20095 hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Hal ini berarti hasil belajar merupakan cerminan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Cerminan ini merupakan akibat dari terjadinya suatu proses interaksi anatar guru dan murid yang disebut dengan proses pembelajaran. Bersasarkan berbagai pengertian hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses pembelajaran dengan cara mengevaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu Slameto, 201054 a. Faktor Intern Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Dalam faktor intern terdapat tiga faktor penting yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan juga kesiapan. b. Faktor Ekstern Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga memberikan berbagai macam interaksi yang memberikan pengaruh kepada siswa, berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan dalam faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi jasmaniah, sikologis, dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Operasi Hitung Campuran Operasi hitung campuran bilangan bulat merupakan materi pokok dari kurikulum KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD. Mata pelajaran matematika operasi hitung campuran terdapat pada kelas 4 dengan SK 1 yaitu memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan KD yaitu melakukan operasi hitung bilangan campuran. Materi tersebut merupakan lanjutan dari materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang telah mulai dipelajari sejak kelas 2 yang terdapat pada SK 1 dengan KD yaitu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Prasyarat materi yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi operasi hitung campuran adalah operasi hitung dasar dan pemahaman tentang bilangan bulat positif dan negatif. Beberapa kendala yang sering ditemukan dalam mengajarkan operasi hitung campuran adalah materi prasyarat yang dikuasai siswa masih lemah. Di samping itu pula, masih banyak siswa yang tidak mengerti mana yang harus didahulukan dalam penghitungan hitung campuran. Kompetensi yang dituntut dalam mempelajari operasi hitung campuran bilangan bulat adalah siswa dapat melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat dan memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat. Kompetensi ini sering tidak tercapai karena siswa tidak memahami teori dasar melakukan operasi hitung campuran, serta karena lemahnya pada operasi hitung dasar dan kurangnya ketelitian siswa terhadap tanda bilangan dan tanda operasinya. Selain itu siswa juga kurang memeahami sifat-sifat pengerjaan operasi hitung campuran. Adapun sifat-sifat operasi hitung campuran sebagai berikut a Operasi penjumlahan + dan pengurangan - sama kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu. b Operasi perkalian x dan pembagian sama kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu. c Operasi perkalian x dan pembagian lebih kuat dari pada operasi penjumlahan + dan pengurangan -, artinya operasi perkalian x dan pembagian dikerjakan terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan + dan pengurangan -. Untuk mencapai tujuan belajar pada materi operasi hitung campuran maka proses belajar mengajar di dalam kelas harus berlangsung secara aktif bagi siswa. Berdasarkan paradigma kontruktivisme Rusman 201551 menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Siswa belajar dengan aktif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dipelajari. Belajar dengan malakukan secara mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat secara aktif menemukan pengetahuan. 4. Media Pembelajaran Menurut Heinich, dkk 1993 dalam Hernawan, dkk 20073 Media merupakan alat saluran komunikasi, yang berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan menurut Criticos 1996 dalam Daryanto 20124 Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi dengan siswa dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Jenis-jenis media pembelajaran menurut Hernawan, dkk 200722-34 adalah sebagai berikut a. Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. 1 Media Visual yang Diproyeksikan Media visual yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi projector sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar screen. 2 Media Visual Tidak Diproyeksikan Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang ditampilkan tanpa alat proyeksi projector sehingga gambar ditampilkan secara langsung, seperti a Gambar Fotografik Gambar fotografik adalah gambar diam/mati still picture, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan isi/ bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. b Grafis Media grafis adalah media pandang dua dimensi bukan fotografik yang didalamnya terdapat unsur gambar dan tulisan yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. c Media Tiga Dimensi Media tiga dibagi menjadi tidua jenis, yaitu media realita dan media model. Media realita merupakan model atau objek langsung dari benda nyata, sedangkan media model merupakan tiruan dari objek nyata. b. Media Audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif hanya dapat didengar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. c. Media Audio-Visual Media Audio-Visual merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut media pandang dengar. Kriteria umum pemilihan media menurut Hernawan, dkk 200764-66 adalah sebagai berikut 1 kesesuaian dengan tujuan instructional goals, 2 kesesuaian dengan materi pembelajaran, 3 kesesuaian dengan karakteristik siswa, 4 kesesuaian dengan teori, 5 kesesuaian dengan gaya belajar siswa, 6 kesesuaian dengan lingkungan. Kriteria khusus pemilihan media menurut Hernawan, dkk 200766-67 merumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari access, cost, technology, interactivity, organization dan novelty. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut; 1 Access, yaitu pertimbangan mengenai akses dalam penggunaan media. Siswa memiliki akses seperti izin penggunaan atau pun sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat menggunakan media tersebut, 2 Cost, yaitu pertimbangan mengenai biaya. Mahalnya biaya yang dikeluarkan harus mempertimbangkan aspek manfaatnya, 3 Technology, yaitu pertimbangan teknologi yang tersedia. Dengan terknologi yang tersedia apakah media media tersebut dapat digunakan atau tidak. 4 Interactivity, yaitu pertimbangan interaktivitas. Media yang baik dapat memunculkan komunikasi dua arah, 5 Organization, yaitu pertimbangan organisasi. Hal ini seperti dukungan dari kepala sekolah atau yayasan serta pengorganisasiannya, 6 Novelty, yaitu pertimbangan kebaruan media. Media yang baru biasanya lebih menarik bagi siswa. Suatu media pengajaran tentunya terdapat nilai praktisnya. Menurut Nana Sudjana 1991 dalam Djamarah dan Zain 2010135 mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah; 1 Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. 2 Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3 Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. 4 Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiripada setiap siswa. 5Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6 Membantu tumbuhnya pemikiran dan memantu berkembangnya kemampuan berbahasa. 7 Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. 8 Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa macam kriteria atau pertimbangan dalam pemilihan sebuah media. Pemilihan media tidak semata-mata hanya seberapa menarik media tersebut, tetapi juga melihat pertimbangan-pertimbangan lain sehingga media tersebut dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dan tujuan pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. 5. Media PATUNG Papan Berhitung Sebuah penelitian menunjukan bahwa penggunaan media papan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marifah Hermin yang menyatakan bahwa Media pembelajaran papan napier memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung perkalian bagi kelas III SD Dapuan Surabaya. Hal tersebut diketahui dengan adanya peningkatan yang sangat baik dengan diperoleh presentase nilai aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I 67,64% dan pada siklus II 89,21%, presentase nilai aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada siklus I 70,00% dan pada siklus II 89,94%, serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu siklus I 65,00% dengan rata-rata 64,75 dan siklus II 85,00% dengan rata-rata 81,35. Menurut Marifah media papan napier yang digunakan peneliti dalam penelitian tersebut merupakan modifikasi dari teknik perkalian napier yang diwujudkan ke dalam bentuk media yang berupa papan visual yaitu papan tulis putih atau whiteboard yang terbuat dari papan kayu triplek. Papan napier adalah papan tulis putih yang terdapat susunan atau pola yang sama dengan teknik perkalian napier yaitu dengan menuliskan semua hasil perkalian dua bilangan pada susunan kotak yang memiliki garis diagonal/garis miring. Media PATUNG atau media papan berhitung merupakan media visual dan termasuk media grafis yang berbentuk papan. Sebagaimana halnya media yang lain media PATUNG berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam bentuk grafis. Media papan hitung adalah media papan dua dimensi yang berbentuk persegi panjang. Mempunyai panjang 100 cm dengan lebar 70 cm. Pada papan tersebut terdapat penjelasan cara melakukan operasi hitung campuran. Lebih lanjut dalam media tersebut juga terdapat kolom soal dan kolom untuk mengerjakan soal tersebut. Media PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang terdapat pada media tersebut yang dibacakan oleh siswa sebelum menyelesaikan soal yang disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat yang tertera pada papan berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan oleh guru di media papan berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas bersama-sama oleh guru dan siswa. Pengulangan terus – menerus pada materi yang dibacakan oleh salah satu siswa akan membuat siswa yang lain lebih ingat tentang materi yang disampaikan, dan penyampaian materi oleh teman sebaya akan lebih mudah dipahami oleh siswa tersebut. Papan napier sebagai media pembelajaran mempunyai kesamaan dengan media PATUNG yang peneliti gunakan, dimana media papan napier adalah media yang terbuat dari papan yang ditunjukan kepada siswa untuk meningkatkan fokus siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru. Sama dengan media napier, media PATUNG juga terbuat dari papan. Kesamaan lain ada pada fungsinya dimana kedua media ini berfungsi untuk membantu siswa menghitung secara langsung pada papan media. Penerapan media PATUNG akan menjadikan pembelajaran mudah dipahami oleh siswa. Dengan mendemostrasikan cara mengerjakan soal-soal materi operasi bitung campuran. Melalui media PATUNG siswa dapat melihat secara nyata bagaimana sebuah soal dapat dikerjakan atau diperoleh solusi penyelesaiannya. Dengan beberapa siswa yang mengerjakan soal didepan kelas dengan menggunakan media PATUNG maka siswa akan secara aktif mencoba untuk mengerjakannya. Lebih lanjut suasana kelas akan menjadi lebih kondusif karena perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran dengan menggunakan media PATUNG. 6. Kerangka Berpikir Hasil belajar yang baik, idealnya tercapai karena proses belajar mengajar berlangsung dengan baik pula. Sehingga tercapai tujuan dari proses belajar yang telah ditetapkan. Namun dalam sebuah kelas yang terdapat di SD N 2 Kembang Jepara khusunya di kelas 4, pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran operasi hitung campuran tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai, hal tersebut ditandai dengan nilai pelajaran pada mata pelajaran matematika yang lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Lebih lanjut nilai ulangan siswa kelas 4 SD N 2 Kembang juga menunjukan rata-rata nilai yang belum mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar pada siswa kelas 4 SD N 2 Kembang diakibatkan oleh prsoses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu peneliti melakukan PTK dengan dua siklus. Pada siklus pertama akan diberikan tindakan yaitu guru menggunakan media PATUNG pada pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran. Setelah tindakan dilakukan selanjutnya peneliti mengamati hasil belajar dengan penggunaan treatmean tersebut. Jika hasil tersebut belum mencapai target peningkatan yang ditetapkan maka dilakukan treatmeant atau tindakan pada siklus yang kedua yaitu dengan guru menggunakan media PATUNG dalam pembelajaran materi operasi hitung campuran. Dari hasil siklus tersebut diharapkan terjadi peningkatan siknifikan pada hasil belajar siswa. Artinya bahwa penerapan media PATUNG dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara. 7. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran dengan menggunakan media pembelajaran PATUNG dapat meningkatkan hasil belajar siswa. I. Metodologi Penelitian 1. Setting Penelitiana. Subjek Penelitian Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara yang berjumlah 14 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SD N 2 Kembang yang beralamat di Desa Jinggotan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 8 Februari 2016 sampai dengan tanggal 20 Februari Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau cara yang harus dilakukan secara teratur dan sistematis oleh peneliti untuk mencapai tujuan-tujuan penelitiannya. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus yang berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama yaitu a perencanaan, b tindakan, c pengamatan, dan d refleksi. Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat rencana yang akan dijadikan acuan dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan tindakan adalah aktifitas yang dilakukan oleh guru berdasarkan pada rancangan atau rencana yang telah disusun. Pengamatan adalah tindakan yang dilakukan guru untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi adalah proses untuk melihat kembali atau mengulas kembali tentang perubahan yang terjadi pada proses tindakan yang telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gamabr berikut ini a. Sikuls 1 1 Perencanaan tindakan I Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan lengkap. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan metode atau model yang akan dilakukan RPP. b Menyusun lembar observasi aktivitas siswa. c Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan digunakan. d Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen. 2 Pelaksanaan tindakan I Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah disusun. 3 Pengamatan/Pengumpulan data I Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa serta hasil belajar. 4 Refleksi I Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk dasar perbaikan dalam menyusun perencanaan pada siklus berikutnya. b. Siklus 2 1 Perencanaan tindakan II Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan lengkap. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan metode atau model yang akan dilakukan RPP. b Menyusun lembar observasi akivitas siswa. c Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan digunakan. d Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen. 2 Pelaksanaan tindakan II Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah disusun. 3 Pengamatan/Pengumpulan data II Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. 4 Refleksi II Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan daftar siswa kelas IV, jumlah siswa kelas IV, baik laki-laki maupun perempuan, dan daftar nilai siswa kelas IV. b. Tes Tes dilakukan setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV khususnya untuk peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media PATUNG . Data hasil belajar siswa ini didapat dari hasil evaluasi setiap akhir siklusnya. c. Pengamatan observasi Pengamatan betujuan untuk memperoleh data tentang proses berlangsungnya belajar mengajar yang meliputi aktivitas siswa, suasana atau situasi belajar siswa. Instrumen Penelitian Sebelum dilaksanakannya PTK, maka disusun berbagai instrumen terlebih dahulu yang akan digunakan pada saat dilakukannya PTK yaitu sebagai berikut a. Membuat input instrumental yang digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu menyusun RPP dan juga menyusun perangkat pembelajaran berupa lembar pengamatan. b. Membuat output instrumental yang digunakan untuk menganalisis data setelah memberi perlakuan PTK, instrumennya adalah butir tes. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum menyusun instrumen penelitian diantaranya adalah sebagai berikut 1 Menyusun kisi-kisi Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah untuk menjaga agar tes yang akan disusun sesuai dengan materi. 2 Menentukan tipe tes Tipe tes yang digunakan adalah pilihan ganda. 3 Menentukan jumlah soal Jumlah yang digunakan untuk uji coba sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan alokasi waktu 30 menit. 4. Teknik Analisis Data a. Analisis Instrumen Penelitian Data dalam penelitian ini, dikumpulkan melalui catatan harian dan pengamatan guru. Setelah instrumen diujicobakan kemudian dianalisis, untuk mendapatkan soal yang baik dan memenuhi kriteria. Menganalisa hasil tes ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut 1 Validitas Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman Arikunto, 200965. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor tiap butir soal menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah butir soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada tiap butir soal mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas tiap butir soal digunakan rumus korelasi tersebut di atas. Dengan berkonsultasi ke tabek harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga rXY> rtabel maka korelasi tersebut signifikan atau valid, dan sebaliknya Arikunto, 2009 75. Untuk soal-soal bentuk objektif skor untuk butir soal biasa diberikan dengan 1 bagi soal yang dijawab benar dan 0 bagi soal yang dijawab salah, sedangkan skor total selanjutnya didapat dari jumlah keseluruhan skor untuk semua butir soalnya. 2 Reliabilitas Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Arti tetap tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg yaitu sama dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok yang lain Arikunto, 200986. Analisis realibilitas tes pilihan ganda menggunakan rumus K-R. 20, yaitu Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan produk moment dengan =5%. Instrumen dikatakan reliabel jika 3 Taraf kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagiArikunto, 2009 207. Untuk menghitung besarnya indeks kesukaran tiap butir soal, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut Arikunto 2009210 mengatakan bahwa indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut 0 < P ≤ 0,3 sukar 0,3< P ≤ 0,7 sedang 0,7< P ≤ 1,0 mudah 4 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai berkemampuan rendah Arikunto, 2009211.Cara menentukan daya pembeda yaitu dengan rumus sebagai berikut Klasifikasi daya beda adalahArikunto, 2009218 D 0,00 – 0,20 = jelek poor D 0,20 – 0,40 = cukup satisfactory D 0,40 – 0,70 = baik good D 0,70 – 1,00 = baik sekali exellent b. Analisis Data. Teknik analisis data yang digunakan perlu dikemukakan secara jelas dan rinci sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan pada saat dilakukannya kegiatan observasi. 1 Data hasil belajar siswa Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. a Menghitung nilai rata-rata Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata yaitu 5. Indikator Keberhasilan Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut a. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan nilai rata-rata kelas ≥ 70, ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 70% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai ≥ 70% b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dengan kriteria tinggi dan mencapai persentase ≥ 75% DAFTAR PUSTAKA Arief dkk. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta Rajawali Pers. . Arikunto, Evaluasi Aksara. Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung Satu Nusa. Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dimyati dan dan Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta. Hernawan, Asep Herry, Pembelajaran sekolah PRESS. Marifah, Hermin. Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Perkalian Bersusun Ke Bawah dengan Media Papan Napier Pada Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas III SD Dapuan Surabaya. diakses pada 24 Mei 2016. Purwanto, 2013. Prnsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Rusman. 2015. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU Teori Praktik dan Penilaian. Jakarta PT RAJA GRAFINDO PERSADA. dan Faktor-faktor yang Cipta. Suprijono, LearningTeori&Aplikasi PAIKEM. YogyakartaPustaka Belajar. Walgito, Psikologi Baca Juga Contoh Proposal PTK SD Kelas 4 Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan Matematika RealisticContoh penelitian Tidakan Kelas PAUD Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 TahunContoh proposal penelitian Tindakan Kelas PTK Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Media PatungDownload PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 Dengan Sekali KLIKContoh PTK Peningkatan Hasil Belajar Proposal Penelitian PTK ini ditulis oleh Guru SD yaitu Toni Eko Nugroho.

mKxcx67.
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/453
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/515
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/487
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/140
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/391
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/299
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/383
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/4
  • contoh analisis masalah dalam ptk