4Jenis Rumus Biologi Perkawinan Silang Lengkap Oleh ayoksinau Diposting pada 20 Juli 2022 Rumus Perkawinan Silang Daftar Isi Rumus Perkawinan Silang 1. Persilangan dua sifat berbeda 2. Silang uji 3. Silang
Rumus Kawin Silang Ayam Rahasia Menghasilkan Ayam BerkualitasKenapa Kawin Silang Ayam Penting?Hello Kaum Berotak! Jika kamu adalah peternak ayam, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah kawin silang ayam. Metode ini dilakukan untuk menghasilkan ayam berkualitas yang memiliki sifat-sifat lebih unggul seperti pertumbuhan cepat, ukuran lebih besar, dan kekebalan terhadap penyakit yang lebih baik. Kawin silang juga membantu mencegah terjadinya degenerasi genetik pada ayam. Namun, sebelum membahas lebih lanjut tentang rumus kawin silang ayam, mari kita pelajari terlebih dahulu mengapa kawin silang ayam sangat penting dalam peternakan Dasar Kawin Silang AyamPrinsip dasar kawin silang ayam adalah memadukan sifat-sifat unggul dari dua jenis ayam yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Dalam peternakan ayam, kawin silang dilakukan dengan memilih dua ayam dengan sifat unggul yang ingin dipadukan. Setelah itu, kedua ayam tersebut dikawinkan dan diharapkan menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat unggul yang lebih baik dari kedua ayam induknya. Namun, untuk mencapai hasil yang diinginkan, dibutuhkan rumus kawin silang ayam yang Membuat Rumus Kawin Silang AyamSebelum membuat rumus kawin silang ayam, pertama-tama kamu perlu mengetahui jenis-jenis ayam yang ingin kamu padukan. Pilihlah ayam dengan sifat unggul yang ingin kamu kawinkan, misalnya ayam dengan pertumbuhan cepat, ukuran besar, atau kekebalan terhadap penyakit yang lebih baik. Setelah itu, kamu perlu mengetahui jenis kelamin dari kedua ayam induk, karena ini akan mempengaruhi hasil akhir dari kawin membuat rumus kawin silang ayam, kamu perlu mengikuti rumus matematika yang sederhana. Jika kamu ingin menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat unggul yang lebih baik dari kedua ayam induk, maka kamu perlu memilih ayam jantan dengan sifat-sifat yang sama dengan ayam betina. Misalnya, jika ayam betina memiliki sifat pertumbuhan cepat, maka kamu perlu mencari ayam jantan dengan sifat pertumbuhan cepat yang sama. Setelah itu, hasil kawin silang dapat diharapkan menghasilkan keturunan dengan sifat pertumbuhan cepat yang lebih jika kamu ingin menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang berbeda dari kedua ayam induk, maka kamu perlu menggunakan rumus kawin silang ayam yang lebih kompleks. Rumus ini melibatkan perhitungan genetik yang membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang sifat-sifat genetik ayam. Oleh karena itu, sebaiknya kamu mencari bantuan dari ahli genetik atau konsultan peternakan ayam untuk membuat rumus yang sesuai dengan yang Mempengaruhi Hasil Kawin Silang AyamSelain rumus kawin silang ayam yang tepat, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari kawin silang ayam. Pertama-tama, kualitas ayam induk sangat mempengaruhi hasil kawin silang. Pilihlah ayam dengan kualitas terbaik untuk dijadikan induk, karena ini akan mempengaruhi kualitas keturunan yang lain yang mempengaruhi hasil kawin silang ayam adalah lingkungan tempat ayam dipelihara. Pastikan lingkungan tempat ayam bersih, sehat, dan teratur, karena ini akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan perhatikan juga faktor nutrisi yang diberikan kepada ayam. Berikan pakan yang seimbang dan mencukupi, sehingga ayam dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Faktor nutrisi juga mempengaruhi kualitas telur dan sperma ayam, yang akan mempengaruhi hasil kawin Kawin Silang Ayam Berkualitas dengan Rumus yang TepatKawin silang ayam merupakan metode yang penting dalam peternakan ayam untuk menghasilkan ayam berkualitas dengan sifat-sifat unggul seperti pertumbuhan cepat, ukuran besar, dan kekebalan terhadap penyakit yang lebih baik. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, dibutuhkan rumus kawin silang ayam yang tepat. Selain itu, faktor-faktor seperti kualitas ayam induk, lingkungan tempat ayam dipelihara, dan nutrisi yang diberikan juga mempengaruhi hasil kawin silang ayam. Jadi, jika kamu ingin menghasilkan ayam berkualitas, pastikan kamu menggunakan rumus kawin silang ayam yang tepat dan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil kawin jumpa kembali di artikel menarik lainnya!
Makananhasil kawin silang. Bakal seperti ini jadinya. Enak nih.., Makanan aja udah ketemu jodohnya, kamu kapan? Bila 5 Makanan 'Dikawin' Silang, Akan Jadi Begini Hasilnya. Makanan aja udah ketemu jodohnya, kamu kapan? Resep Kuah Bakso Ayam ala Rumahan yang Gurih, Kaldunya Melimpah! Ayam aduan merupakan salah satu hewan yang sangat diminati oleh banyak orang untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan atau bahkan untuk diadu. Untuk mendapatkan ayam aduan yang berkualitas tentu saja tidak mudah, karena memerlukan proses yang panjang dan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kenapa Harus Kawin Silang? Bagi para pecinta ayam aduan, kawin silang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ayam aduan berkualitas yang lebih baik dari ayam aduan biasanya. Kawin silang sendiri merupakan proses perkawinan antara dua ayam aduan yang berbeda keturunan. Kawin silang pada ayam aduan dilakukan untuk menghasilkan ayam aduan yang lebih kuat dan memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam aduan biasanya. Hal ini dikarenakan dengan kawin silang, ayam aduan yang dihasilkan memiliki campuran darah dari kedua induknya, sehingga memiliki keunggulan yang lebih baik. 3 Darah Ayam Aduan 3 darah ayam aduan merupakan salah satu jenis ayam aduan yang banyak diminati oleh para pecinta ayam aduan. Hal ini dikarenakan ayam aduan 3 darah memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam aduan biasa. Ayam aduan 3 darah sendiri merupakan hasil dari kawin silang antara 3 jenis ayam aduan yang berbeda keturunan. Ketiga jenis ayam aduan tersebut adalah ayam aduan birma, ayam aduan saigon, dan ayam aduan thailand. Rumus Kawin Silang Ayam Aduan 3 Darah Untuk mendapatkan ayam aduan 3 darah yang berkualitas, tentu saja perlu dilakukan proses kawin silang yang tepat. Berikut ini adalah rumus kawin silang ayam aduan 3 darah 1. Kawin silang antara ayam aduan birma betina dengan ayam aduan saigon jantan. 2. Kawin silang antara ayam aduan saigon betina dengan ayam aduan thailand jantan. 3. Kawin silang antara ayam aduan thailand betina dengan ayam aduan birma jantan. Dari ketiga proses kawin silang di atas, akan dihasilkan ayam aduan 3 darah yang memiliki campuran darah dari ketiga jenis ayam aduan tersebut. Dengan begitu, ayam aduan 3 darah yang dihasilkan memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam aduan biasa. Keunggulan Ayam Aduan 3 Darah Ayam aduan 3 darah memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam aduan biasa. Berikut ini adalah beberapa keunggulan ayam aduan 3 darah 1. Kekuatan fisik yang lebih baik. 2. Daya tahan tubuh yang lebih kuat. 3. Kekuatan mental yang lebih baik. 4. Kemampuan bertarung yang lebih tinggi. 5. Ukuran tubuh yang lebih besar. 6. Warna bulu yang lebih indah. 7. Suara kokok yang lebih merdu. Cara Merawat Ayam Aduan 3 Darah Untuk mendapatkan ayam aduan 3 darah yang berkualitas, tentu saja perlu dilakukan perawatan yang baik dan benar. Berikut ini adalah beberapa tips cara merawat ayam aduan 3 darah 1. Memberikan pakan yang seimbang dan bergizi. 2. Memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh ayam aduan 3 darah. 3. Memberikan latihan fisik secara teratur. 4. Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. 5. Memberikan perawatan khusus pada saat ayam aduan mengalami cedera. Kesimpulan Kawin silang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ayam aduan berkualitas yang lebih baik dari ayam aduan biasanya. Ayam aduan 3 darah sendiri merupakan hasil dari kawin silang antara 3 jenis ayam aduan yang berbeda keturunan. Untuk mendapatkan ayam aduan 3 darah yang berkualitas, perlu dilakukan proses kawin silang yang tepat dan perawatan yang baik dan benar. Sayaakan memberikan contoh kata baku dan tidak baku tetapi anda harus membacanya dengan rumus Kata tidak baku (Kata baku) = Pengertian kata Contoh kata baku dan tidak baku : a. hybrida (hibrida) : hasil kawin silang; cangkokan. 270. hymne (himne) : nyanyian pujian. i. 271. i’tibar (iktibar): pertimbangan; pengajaran. Ayam tolaki merupakan ayam kampung yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara yang memiliki postur tubuh yang kecil dan produksi telur yang rendah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi ayam tolaki. Salah satu upaya tersebut adalah menerapkan sistem kawin silang menggunakan metode inseminasi buatan. Pada penelitian ini dilakukan inseminasi semen ayam tolaki ke saluran reproduksi ayam petelur untuk menghasilkan telur/ayam silangan. Parameter yang diukur pada penelitian meliputi fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Pembibitan Unggas Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo selama tiga bulan Juni-Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam ras petelur dan 4 ekor ayam tolaki. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan fertilitas telur hasil persilangan yaitu 50,54%, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas masing-masing 92,18%, 59,56% dan 39,83 g. Kesimpulan akhir dari penelitian ini menyatakan fertilitas telur, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas telur masih sangat rendah. Rujukan selanjutnya perlu dilakukan persilangan ayam ras petelur jantan dengan ayam tolaki kunci Ayam tolaki, Fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, Inseminasi buatan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 10 JITRO MEI 2015FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO, DAYA TETAS DAN BOBOT TETASTELUR AYAM RAS HASIL INSEMINASI BUATAN DENGAN AYAMTOLAKIEki Indrawati1, Takdir Saili2 dan Syam Rahadi2, La Ode Nafiu21 Alumnus Fakultas Peternakan UHO2 Staf Pengajar Fakultas Peternakan UHO*e-mail takdirsaili tolaki merupakan ayam kampung yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara yangmemiliki postur tubuh yang kecil dan produksi telur yang rendah. Oleh karena itu dibutuhkan upayauntuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi ayam tolaki. Salah satu upaya tersebutadalah menerapkan sistem kawin silang menggunakan metode inseminasi buatan. Pada penelitian inidilakukan inseminasi semen ayam tolaki ke saluran reproduksi ayam petelur untuk menghasilkantelur/ayam silangan. Parameter yang diukur pada penelitian meliputi fertilitas, daya hidup embrio,daya tetas dan bobot tetas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Pembibitan Unggas FakultasPeternakan Universitas Haluoleo selama tiga bulan Juni-Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan12 ekor ayam ras petelur dan 4 ekor ayam tolaki. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisissecara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan fertilitas telur hasil persilangan yaitu 50,54%, dayahidup embrio, daya tetas dan bobot tetas masing-masing 92,18%, 59,56% dan 39,83 g. Kesimpulanakhir dari penelitian ini menyatakan fertilitas telur, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas telurmasih sangat rendah. Rujukan selanjutnya perlu dilakukan persilangan ayam ras petelur jantandengan ayam tolaki kunci Ayam tolaki, Fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, Inseminasi chicken is a local native chicken in South East Sulawesi wich has small body and lowegg production. Therefore the effort for increasing production perpormance of tolaki chicken wasneed. One of the efforts was applying cross breeding program using artivicial insemination this experiment, the semen of tolaki chicken was used to inseminate layer for producing cross breedegg/chicken. Several parameters refered to reproduction aspect of cross breed/chicken such as eggfertility, survival rate of embryo, hatching rate and day old chick DOC weight were measured. Theexsperiment was conducted in Poultry Breeding Centre of Animal Science Faculty, Haluoleouniversity for 3 monts June-August 2012. Twelve layers and four tolaki cocks were used in thisexperiment. All data were tabulatetd and analyzed using descriptive analysis. Result of thisexperiment showed that fertility of the cross breed egg was 50,54%, while survival rate, hatching rateand DOC weight were 92,18%, 64,79% and 39,83 g. Respectively. finally it was concluded that eggfertility, survival rate, hatching rate and DOC weight got from this experiment were still low,therefore it was recommended to conduct next research conserned to cross breeding cock layer withtolaki words tolaki chicken, fertility, survival rate, hatching rate, DOC.* Corresponding authors 11 JITRO MEI 2015PENDAHULUANAyam tolaki merupakan plasmanutfah Sulawesi Tenggara yang perludijaga kelestariannya. Penyebutan ayamtolaki didasarkan atas perkembangan,pembentukan, dan penyebarannya didaerah Konawe oleh masyarakat sukutolaki Nafiu dkk., 2009. Budidaya ayamtolaki dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaging dan telur, baik telur komsumsimaupun telur tolaki memiliki postur tubuhyang kecil serta ukuran telur yang relatifkecil dengan rata-rata bobot telur 35,55 gatau berkisar 27,00-41,55 g Nafiu., dkk2009 lebih ringan dibanding ayam burasyang mencapai 35-45 g Mansjoer, 2003.Salah satu upaya untukmeningkatkan performans ayam tolakiadalah melalui metode kawin kawin silang dilakukan untukmemanfaatkan efek heterosis danpenggabungkan beberapa sifat dari keduatetua kepada keturunan. Hasilpersilangannya diharapkan dapatmenggabungkan sifat-sifat positif yangdibawa kedua tetuanya dan diharapkandapat diperoleh efek heterosis, dalam artimelebihi rata-rata penampilan salah satuatau kedua tetuanya dan menunjukkandaya pertumbuhan vigor yang lebihbesar, memiliki postur yang lebih besar,fertilitas yang lebih tinggi, serta ketahananterhadap penyakit yang lebih baikWarwick dkk., 1990.Selama ini ayam tolakiberkembang biak secara alami, karenasistem pemeliharaannya secara ekstensifsehingga campur tangan manusia sebagaipemilik ternak sangat sedikit bahkan bisadikatakan tidak ada. Hal ini diprediksimenjadi penyebab rendahnya produktivitasayam tolaki. Oleh karena itu perlu adanyapenerapan teknologi pemuliaan danreproduksi yang tepat, seperti kawin silangdengan ayam ras petelur menggunakanteknik IB sehingga produktivitas ayamtolaki dapat ditingkatkan. Keunggulanyang diharapkan dari persilangan antaraayam ras dan ayam tolaki adalah dapatmemproduksi ayam sebagai sumber dagingyang mirip daging ayam tolaki, denganPBB yang relatif cepat atau mendekatipertumbuhan ayam ternak hasilperkawinan alami masih sangat rendah danmemberikan peluang silang dalam yangsemakin tinggi tetapi jika diusahakan lebihintensif maka bisa ditingkatkanproduktivitasnya. Efek negatif dari silangdalam adalah menyebabkan penurunantingkat produksi baik tingkatpertumbuhannya ataupun produksi teluruntuk generasi teknologi untukmeningkatkan performans reproduksi yangbaik dari ayam tolaki adalah denganmelakukan persilangan melalui IB. IBmerupakan salah satu teknologi yang dapatdilakukan untuk meningkatkan populasidan produksi ternak secara kualitatifmaupun kuantitatif serta merupakan salahsatu metode perkawinan yang mempunyaiprospek untuk dikembangkan padapemeliharaan ayam buras. Penerapanteknologi IB dapat meningkatkan produksitelur tetas yang berasal dari induk danpejantan yang mempunyai produksi aspek reproduksi daritelur ditujukan untuk mengetahuikeberhasilan awal dari kawin reproduksi yang dapat diamatidari telur ayam hasil persilangan ayamtolaki dan ayam ras petelur pada penelitianini yakni fertilitas, daya hidup embrio,daya tetas, dan bobot tetas DAN METODEPenelitian ini dilaksanakan diKandang Pembibitan Ternak Unggas,Laboratorium Lapangan JurusanPeternakan Fakultas PeternakanUniversitas Haluoleo Kendari pada bulanJuni sampai dengan Agustus 2012. Materipenelitian ini digunakan 12 ekor ayampetelur strain isa brown yang berumur 1,2tahun dan rataan berat badan 1,6 kg ±0,11. Selain itu, digunakan ayam tolakijantan sebanyak 4 ekor dengan rataanumur 2,5 tahun dan rataan berat badan 2 12 JITRO MEI 2015kg ± 0,24. Alat untuk menampung semenayam tolaki digunakan tabung mikro 1,5ml sedangkan untuk inseminasi semen kedalam saluran reproduksi ayam betinadigunakan syringe 3 cc. Timbangananalitik dan jangka sorong masing-masingdigunakan untuk menimbang telur danmengukur indeks telur, sedangkan mesintetas kapasitas 100-150 butir digunakanuntuk menetaskan telur fertilitas dan daya hidupembrio digunakan alat yang diamati padapenelitian ini adalah berat telur, indekstelur fertilitas, daya hidup embrio, dayatetas, bobot Bobot telur g diperoleh dengan caramenimbang telur dengan menggunakantimbangan Indeks telur adalah perbandingan antaradiameter lebar dan diameter panjangtelur. Indeks telur dapat dihitungdengan rumus Indeks telur = x 100%Lebar telur mm diperoleh dengan caramengukur lebar telur pada lingkaranterbesar dengan menggunakan jangkasorong digital.Panjang telur mm diperoleh dengancara mengukur panjang telur mulai daribagian teruncing sampai bagian tumpultelur dengan menggunakan jangkasorong Fertilitas adalah persentase telur-teluryang bertunas dari jumlah telur yangdieramkan, tanpa memperhatikanapakah telur-telur tersebut menetasatau diamati pada umur penetasan7 hari yang dihitung dengan rumus Fertilitas= x 100%4. Daya hidup embrio DHE adalahpersentase telur-telur yang fertil dariumur 7 hari penetasan sampai padaumur 14 hari penetasan. DHE dapatdihitung dengan rumus Daya hidup embrio =x100%5. Daya tetas adalah persentase telur-teluryang menetas dari jumlah embrio telurfertil yang dihitung dengan rumus Daya tetas = Jumlah telur menetasJumlah telur fertil x 100%6. Bobot tetas g diperoleh denganmenimbang bobot badan anak ayammenetas setelah kering tentang fertilitas, daya hidupembrio, daya tetas dan bobot tetas telurhasil IB dikumpulkan dan ditetaskandibuat dalam bentuk rataan, selanjutnyadianalisis secara DAN PEMBAHASANA. Fertilitas TelurPersentase fertilitas telur ayam rashasil IB dengan ayam tolaki yangdiperoleh pada penelitian ini disajikanpada Tabel 3. Rataan persentase fertilitas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki 13 JITRO MEI 2015Rataan persentase fertilitas teluryang diperoleh pada penelitian ini50,54%. Berdasarkan kode telur tetas yangfertil, ayam jantan tolaki dengan bobotbadan 2,20 kg J4 memiliki tingkat rataanfertilitas yang tinggi dengan persentasefertilitas 83,33%, dan terendah pada ayamtolaki dengan bobot badan 1,83 kg J2dengan rataan persentase fertilitas 17,42%.Fertilitas telur yang dicapai pada penelitianini lebih rendah dibandingkan dengan hasilpenelitian Muryanto dkk., 2002 yangmemperoleh angka persentase fertilitastelur ayam hasil persilangan 84,4%.Prawirodigdo dkk.,2001 menyatakanbahwa fertilitas telur ayam hasilpersilangan antara ayam kampung jantandengan ayam petelur betina mencapai85%, sedangkan telur hasil persilangansesama ayam kampung hanya 70%.Rendahnya fertilitas telur padapenelitian ini kemungkinan dipengaruhioleh faktor pewarisan seperti bangsa,galur, faktor lingkungan dan faktormanajemen Gunawan 1988, rasio jantanbetina yang digunakan yaitu berbanding13 dan selang waktu antara perkawinandengan penyimpanan telur untukditetaskan, serta umur pejantan ayamtolaki yang digunakan dalam penelitian inisudah tergolong tua yaitu rata-rataberumur ± 2,5 tahun dan semen yangdiperoleh seringkali bercampur denganurin sehingga menurunkan motilitassperma pada saluran reproduksi ayam yangkemudian mempengaruhi fertilitas teluryang dihasilkan. Selain itu, telur tetas yangdigunakan juga tidak diseleksi berdasarkanindeks telur yang ideal yakni telur yangideal untuk ditetaskan memiliki indekstelur 70-75%, disebabkan keterbatasanjumlah telur yang diperoleh pada saatpenelitian. Indeks telur dalam penelitianini rata-rata 7,22%,.Proses perkawinan ayam padapenelitian ini melalui persilangan denganteknik IB sebanyak 3 kali telur-telur fertil adalah teluryang diproduksi pada hari terakhirsebelum IB berikutnya, karena motilitassperma dan daya hidup sperma dalamsaluran reproduksi betina semakinmenurun. Hal ini sesuai dengan pendapatSutiyono dan Supriondho 1991 bahwasetelah perkawinan fertilitas telurberangsur-angsur Daya Hidup EmbrioDaya hidup embrio adalahkemampuan embrio untuk bertahan hiduppada umur 14 hari setelah telur beradadalam mesin tetas. Telur yang embrionyamasih hidup ditandai denganbertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada telur, sedangkan teluryang embrionya mati ditandai dengantidak adanya bintik atau benang darahmerah yang mengelilingi daya hidup embrio telurayam ras hasil IB dengan ayam tolakidisajikan pada Tabel 4Tabel 4. Rataan persentase daya hidup embrio telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolakiJumlah TelurFertil 14 hari 14 JITRO MEI 2015Rataan daya hidup embrio telurayam ras hasil IB ayam tolaki dengan 2kali penetasan diperoleh 92,18 betina yang diinseminasimenggunakan semen ayam tolaki denganberat badan 1,83 kg J2 menghasilkanjumlah telur dengan kemampuan embriountuk bertahan pada 14 hari umurpenetasan yang baik dengan rataanpersentase daya hidup embrio 100%.Hasil penelitian ini lebih tinggidibandingkan dengan laporan Muryantodkk., 2002 yang memperoleh rataanpersentase daya hidup embrio ayam hasilpersilangan antara pejantan ayam kampungdengan ayam ras petelur sebesar 16,6persen. Laporan Solihati dkk., 2006dalam penelitiannya yang menyatakanbahwa daya hidup embrio ayam kampungyang diamati pada 14 hari umur penetasanyakni sebesar 43,24% pada penyimpanansemen selama 1 jam, sedangkan padapenyimpanann semen 24 jam sebesar21,68% dan penyimpanan 48 jam sebesar10,32%.Tingginya daya hidup embrio padapenelitian kemungkinan disebabkanpengaruh persilangan dari kedua bangsaayam tersebut, hal ini sejalan denganpendapat Hardjosubroto 1994 yangmenyatakan bahwa kawin silang dapatmeningkatkan proporsi gen-genheterosigot dimana pada umumnyapeningkatan heterosigositas akanmeningkatkan daya hidup embrio danmeningkatkan jumlah anak. Selain itu,tingginya daya hidup embrio persilanganantara ayam tolaki dan ayam ras peteluryang dihasilkan dalam penelitian inimungkin disebabkan penanganan semenyang baik yaitu semen yang diperorehlangung diinseminasikan pada saluranreproduksi ayam ras petelur hal ini karenasemakin lama semen disimpan akanmenyebabkan periode fertil semakinsingkat yakni penyimpanan yang lebihlama akan meningkatkan jumlahspermatozoa yang mati sehingga jumlahkematian spermatozoa hidup selama prosespenyimpanan semakin meningkat dansperma yang mati akan menjadi racun bagisperma yang hidup Susilowati danHernawati, 1992.Faktor lain yang berpotensi dapatmeningkatkan daya hidup embrio yaitukemungkinan disebabkan oleh prosespembalikan telur yang dilakukan secarahati-hati karena pembalikan telur yangkasar dapat berpotensi memutuskankhalaza sehingga menimbulkan kematianembrio di dalam mesin tetas karenakekurangan makanan, serta kemungkinansaat pembalikan telur tidak terlalu lamasehingga menyebabkan suhu dalam mesintetas tetap stabil. Tullet 1990menyatakan bahwa keberhasilan penetasantergantung dari suhu, kelembaban,frekuensi pemutaran, ventilasi dankebersihan telur. Sedangkan menurutIswanto 2005, apabila kondisi suhumesin tetas tidak merata, kemungkinandapat menimbulkan kematian calon suhu yang diukurdengan termometer memegang perananyang sangat penting dalam penetasan telurkarena hal ini berhubungan dengan faktorperkembangan embrio di dalam yang sedikit lebih rendah untukperiode yang tidak terlau lama tidakmempengaruhi embrio kecualimemperlambat perkembangannya untukembrio muda. Hal yang sedikit berbedajika terjadi pada embrio yang lebih tuakarena pengaruhnya akan sedikit lebihberkurang. Jika suhu terlalu rendah darikaidah penetasan telur ayam maka akanmempengaruhi embrio dalam halperkembangan oragan-organnya yangberkembang tidak secara proporsionalAnonimous, 2009. TetasPersentase daya tetas telur ayamras hasil IB dengan ayam tolaki disajikanpada Tabel 5. 15 JITRO MEI 2015Tabel 5. Rataan persentase daya tetas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolakiRataan daya tetas telur ayam rashasil IB dengan ayam tolaki padapenelitian ini mencapai 59,56 betina yang diinseminasimenggunakan semen pejantan ayam tolakidengan bobot badan 1,73 kg J1 memilikijumlah telur menetas yang banyak denganrataan persentase daya tetas 87 persen danterendah pada ayam tolaki dengan bobotbadan 1,83 kg J2 dengan rataanpersentase 12,5 persen. Daya tetas yangdiperoleh pada penelitian ini lebih tinggidibandingkan Pramono dkk., 2004 yangmemperoleh daya tetas telur hasilpersilangan sebesar 43,11. Demikianhalnya dengan pendapat Prowirodigdodkk., 2001 bahwa daya tetas telur ayamhasil persilangan antara ayam kampungdan ayam ras petelur sebesar 40 daya tetas yangdiperoleh dalam penelitian inikemungkinan disebabkan pengaruhpersilangan, hal ini sesuai dengan pendapatWarwick dk., 1990 yang menyatakanmelalui persilangan yang berbeda bangsa,daya tetas telur dapat ditingkatkan karenapersilangan dapat mengurangi gen-genhomozigot dan meningkatkanheterozigositas. Hal ini diperkuat olehpendapat Ali dkk., 2007 bahwa bangsaberpengaruh nyata terhadap daya bangsa, daya tetas juga dipengaruhioleh umur yakni ayam petelur yangdigunakan masih produktif yaitu umurayam ras petelur isa brown pada penelitianini berumur 1,2 tahun. Selain itu, mesintetas yang digunakan merupakan mesintetas kombinasi yang memiliki sumberpemanas cadangan yakni lampu minyak,sehingga ketika listrik padam suhu dalammesin tetas dapat dipertahankankestabilannya dan tidak mengganggupertumbuhan dan perkembangan North dan Bell 1990bahwa faktor-faktor yang mempengaruhidaya tetas adalah kondisi sperma, umurinduk, kesehatan induk, kandungan gizipakan, produksi telur, heritabilitas, rasiojantan dan betina, iklim, kualitas kulit telurdan kondisi mesin tetas jumlahmikroorganisme. Sedangkan Putra 2009menyatakan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi daya tetas adalah breeding,produksi telur, umur dan tata laksanapemeliharaan, kondisi kandang danransum. Rasyaf 1993 mempertegasbahwa untuk menghasilkan daya fertilyang baik tidak hanya dibutuhkan proteindan energi tetapi juga keseimbanganvitamin dan mineral yang bertujuan untukmendukung proses pertumbuhan embriosaat telur Bobot Tetas 16 JITRO MEI 2015Tabel 6. Rataan bobot tetas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki64,78 ±6,8361,15 ± 3,3457,26 ± 4,4265,21 ± 7,8564,51 ± 3,2261,82 ± 5,9858,66 ± 5,4963,68 ± 4,66Secara umum rataan bobot tetastelur hasil penimbangan DOC padapenelitian ini yaitu 39,83 g. Bobot tetastelur ayam ras petelur hasil IB denganayam tolaki dengan bobot badan 1,75 kgJ1 menunjukkan rataan persentase bobottetas 45,33 persen dan terendah pada ayamtolaki dengan bobot badan 1,83 kg J2dengan rataan bobot tetas 18,4 penelitian ini lebih rendahdibandingkan dengan loporan Muryantodkk., 2002 yang memperoleh bobot tetastelur hasil persilangan antara ayamkampung dan ayam ras petelur sebesar40,4 g dan demikian tidak jauh berbedadengan Pramono dkk., 2004 yangmemperoleh daya tetas telur hasilpersilangan sebesar 44,12 g sedangkanbobot DOC ayam ras isa brown adalah35 g. Rendahnya bobot tetas telur ayamras hasil IB dengan ayam tolaki padapenelitian ini mungkin disebabkanpengaruh persilangan dari ayam tersebut,bobot tetas telur yang dihasilkan padapenelitian ini lebih tinggi dibandingkandengan bobot DOC ayam ras petelur yakni35 g. Hal ini hubungannya dengan bangsaayam yang berbeda akan mempengaruhiproporsi putih telur dan kuning telur yangdigunakan sebagai nutrisi untukperkembangan embrio Hartman dkk.,2003. Terdapat kecenderungan bobotDOC jantan lebih besar dari pada DOCbetina atau embrio ayam jantan lebih beratdari pada embrio ayam betina karena padaembrio jantan memiliki otot skletal yanglebih berat dari pada betinaLiu dkk., 2004. Ayam betina memilikikecenderungan untuk menetas lebih awaldari pada ayam jantan dan hal ini akanberdampak pada bobot badan. Selamamengalami perkembangan embrionik,embrio akan mengalami metabolisme yangakan berdampak pada peningkatan suhudan tingginya penguapan, sehingga akanmenyebabkan ayam betina memiliki bobottetas yang rendah Reis, 1997. Hal inisesuai dengan pendapat Mohammad dkk.,2005, pada beberapa spesies sepertiunggas menunjukkan dimorfisme padabobot badan, dimana bobot badan jantanlebih berat dari pada bobot hasil penelitiandiperoleh fertilitas, daya hidup embrio,daya tetas dan bobot tetas telur ayam rashasil IB dengan ayam tolaki secaraberturut-turut yaitu 50,54%; 92,18%;59,56% dan 39,83 g..DAFTAR PUSTAKAAli, M. N., M. S. Hassan and El-Ghany. 2007. Partial Diallel CrossAnalysis in Chicken Purwanti etal. 63 Effect of strain, type ofnaural antioxidant an sulphate ionon productive, physiological and 17 JITRO MEI 2015hatching performance of nativelaying hens. Int Poultry Science. 68 539-554Anonimous., 2009. Ayam lokal Indonesiahttp// Peternakan go. id. Diakses 26September 2012..Engsminger, 1992. Poultry ScienceInterstate publishers. Inc. W., 1994. AplikasiPemuliabiakan Ternak diLapangan. PT GramediaWidisarana. C., K. Johansson., and L. Rydhmer., correlation between thematernal genetic effect on chickweight and thedirect genetic effecton egg composition traits in awhite leghorn line. PoultryScience. 82 H., 2005. Ayam kampungpedaging. PT Agromedia S. S., 2003. Potensi ayam burasdi Indonesia. Makalah disampaikanpada semiloka PengkajianPengembangan Produksi BibitAyam Buras dan Itik. CisaruaBogor. 22 Maret 2007. Teknologi inseminasibuatan pada ayam buras. BPTPJawa Tengah. D. Pramono, T. Prasetyo, Mumpuni, dan I. Musawati.,2002. Paket Teknologirekomondasi ayam Potong LokalAyam Hibrida. BPTP JawaTengah. Semarang. Diaksespada tanggal 8 Agustus 2012.Nafiu, L. T. Saili, M. Rusdin, Akudan 2009. Pelestariandan pengembangan ayam tolakisebagNorth, dan Bell., Chaicken ProductionManual. 4th Ed. Avi publishingCompany inc. Z., 2009. Fertilitas dan daya tetastelur. http// www. Maret 2012.Pramono, D. S. Prawirodigdo, Ho, Hartono dan PujiLestari., 2004. Kajianpengembangan persilangn antaraayam lokal dengan ayam raspetelur berwawasan konservasi. pada tanggal 8 Agustus2012.Prawirodigdo, S., D. Pramono, Ernawati, D. Zaenudin, Sugiyono,G. S, Prawoto dan P. Lestari.,2001. Laporan kegiatan pengkajianpartisipatif persilangan ayam lokaldengan ayam ras petelur. BalaiPengkajian Teknologi PertanianJawa Tengah. M., 1993. Pengelolaan Kanisius. L. H., L. T. Gama and M. C. Soares.,1997. Effects of short storageconditions and broiler breeder ageon hatchability, hatching time andchick weight. Poultry Science. 76 N., 2006. Pengaruh lamapenyimpanan semen cair ayamburas pada suhu 5ºC terhadapperiode fertil dan fertilitas Fakultas Padjajaran. dan Y. Supriondho., Spermatozoa pada alatkelamin betina. UniversitasDipenogoro. Semarang. 18 JITRO MEI 2015Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan Kartasudjana., 2008. Ilmu dasarternak unggas. Penebar S. dan T. Hernawati., pengencer larutanbahan untuk menyimpan semendomba. Media Kedokteran No. dan Burton., of two gasmixtures ongrowth of the domestic fowlembryo from days 14 yhrough 17of incubation. World T., 1983. Beberapa metodepraktis penetasan telur. DirjenDIKTI Depdikbud. J. E. J, M. Astuti., dan 1990. Pemuliaan Mada University ... Kemampuan embrio untuk bertahan hidup setelah 14 hari dalam inkubator dikenal dengan daya hidup embrio [7]. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun sirih untuk membersihkan telur tetas memberikan pengaruh yang nyata P<0,05 terhadap daya hidup embrio telur tetas hasil persilangan antara ayam bangkok dan ayam ras petelur. ...Wa Ode Aprili sapta NadiraMuh. RusdinAstriana NapirahHamdan HasAbstrak. Using betel leaf extract as a sanitizer, this study aims to examine the hatchability of eggs resulting from crosses between Bangkok chickens and laying hens. This study used a randomized design with four treatments and five replications. There are five eggs in each repetition. The treatments tried were soaking eggs in 70% ethanol P0, 5% betel leaf extract P1, 10% betel leaf extract P2, and 15% betel leaf extract separately P3. in this study were organisms that had not yet developed practicality, mortality and hatchability. Analysis of variance using to tabulate and analyzed the data obtained. The Least Significant Difference Test using to continue the evaluation if the treatment has a significant effect on the variables studied. The mean embryo survival rates were 88% P0, 91% P1, 84% P2, and 58% P3, according to the findings. In each treatment, the average mortality rate was 12% P0, 9% P1, 16% P2, and 42% P3. hatchability was 56% P0, 79.% P1, 63% P2, and 42% P3. The use of betel leaf extract with different concentrations as egg cleaner from crosses between Bangkok and laying hens had a significant impact on embryo survival and mortality, but not on hatchability. The use of 5% betel leaf extract as a cleansing agent for hatching eggs showed that the embryos lived longer and died less TanjungsariSapta AndaruisworoErna YuniatiThe breeding of free-range chickens and purebred chickens with insemination technology made using a manual incubator to get DOC meat with a large number. The aims to this study is to determine the results of breeding of free-range chickens and purebred chickens with artificial insemination technology using a manual incubator on fertility and hatchability. This research used descriptive method using the chi-square test which is useful for predicting the effect of expectations. This research used 10 males free-range chickens aged years and 100 females purebred chickens with 10-15 months old in healthy condition and individually caged, feed given a mixture of concentrate, fine bran, and yellow corn. Insemination made 3 times in a week, cement storage using the massage method and accommodated in a measuring cup which is then injected into the hens purebred chicken. Results of this study were the highest percentage of fertility is at stage 4 with a value of while the lowest percentage in stages 2 and 3 with a value of The highest hatchability percentage was at stage 4 with a value of while the lowest percentage was in stage 2 with a value of H. Reis Luis GamaM. Chaveiro SoaresAn experiment was conducted to assess how hatching performance is affected by breeder age and egg holding environment during short-term storage. Response variables analyzed were egg weight loss up to 18 d of incubation, viability hatchability of fertile eggs, embryonic mortality, hatching time, and weight of male and female chicks, at hatching and at the end of incubation. The trials involved a total of 2,250 hatching eggs from each of two commercial broiler breeder flocks of the same strain Avian but of different ages 32 to 34 and 48 to 50 wk. Eggs were stored for 0, 1, or 2 d in the egg storage room or in the setter room. The hatching times of the chicks were recorded at 4-h intervals during the period from 478 to 494 h postincubation, and at 514 h, when incubation was terminated and all chicks were removed from the hatcher. In eggs from younger hens, viability was not influenced by preincubation storage; in older hens, viability of eggs not submitted to storage was higher P < by 3 to 6 percentage points than that of stored eggs. Hatching times were not affected by age of the hen, whereas male chicks tended to hatch, on average, about 3 h later than females. Chick weights at hatching and at removal from the hatcher were similar for both sexes, but females experienced a higher P < weight loss in that interval. Eggs incubated on the day of lay tended to hatch, on average, later than stored eggs especially when compared to eggs submitted to 1 d storage, and produced heavier can be a useful way to alter yolk proportion and thereby egg dry matter which, owing to its economic importance, is a trait of substantial importance for the egg-processing industry. However, the egg is primarily the chamber of embryonic development. The main purpose of this study was to estimate genetic correlations between the maternal effect on chick weight at hatching and the direct effect on different egg composition traits, in particular, yolk proportion. Additionally, genetic parameters were estimated for egg composition traits. To create a data set suitable for estimation of genetic parameters, a three-round selection experiment was set up. Birds were selected based on their predicted breeding values for the genetic maternal effect on chick weight and the direct genetic effect on yolk proportion according to the theory of elliptical selection. Genetic parameters were estimated using a multiple trait animal model and restricted maximum likelihood. The maternal heritability for chick weight was whereas the direct heritability was dose to 0. The genetic correlations between the maternal effect on chick weight and the direct effect on yolk proportion, yolk weight, albumen weight, albumen dry matter concentration, and egg weight were and respectively. The heritabilities for yolk proportion, yolk weight, albumen weight, albumen dry matter concentration, and egg weight were and respectively. We conclude that breeding ought to be a useful way to increase egg dry matter with no expected unfavorable correlated effects on chick G TullettFiona G BurtonEggs weighing +/- gm when fresh were incubated in air in a forced-draft incubator for 13 days during which time their shell conductance to water vapor GH2O was determined. Eggs whose shells represented the entire range of GH2O values present in the population were then incubated for a further 4 days in either air or an experimental gas mixture. Embryo dry weights were determined after a total of 408 hr of incubation to assess the affect of the experimental gas mixture on embryonic development. Embryo growth was found to be stimulated for all eggshell conductances by 4 days incubation in a 50% oxygen/50% nitrogen mixture. This suggests that the decrease in oxygen within the egg that occurs during development normally limits embryonic growth. Growth of the embryo was unaffected by 4 days incubation in a mixture of 17% oxygen/83% helium. This mixture reduced the carbon dioxide tension in the airspace but did not affect the oxygen tension relative to eggs incubated in air. It is suggested, therefore, that the carbon dioxide that builds up within eggs during incubation does not limit embryo Science Interstate publishersM E EngsmingerEngsminger, 1992. Poultry Science Interstate publishers. Inc. Daville Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia WidisaranaW HardjosubrotoHardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widisarana. IswantoIswanto, H., 2005. Ayam kampung pedaging. PT Agromedia Pustaka. disampaikan pada semiloka Pengkajian Pengembangan Produksi Bibit Ayam Buras dan Itik. Cisarua Bogor. 22 MaretS S MansjoerMansjoer, S. S., 2003. Potensi ayam buras di Indonesia. Makalah disampaikan pada semiloka Pengkajian Pengembangan Produksi Bibit Ayam Buras dan Itik. Cisarua Bogor. 22 Maret 2003. Muryanto., 2007. Teknologi inseminasi buatan pada ayam buras. BPTP Jawa Tengah. Teknologi rekomondasi ayam Potong Lokal Ayam HibridaD MuryantoT PramonoS PrasetyoH E PrawirodigdoE MumpuniI Kushartanti DanMusawatiMuryanto, D. Pramono, T. Prasetyo, S. Prawirodigdo, Mumpuni, E. Kushartanti dan I. Musawati., 2002. Paket Teknologi rekomondasi ayam Potong Lokal Ayam Hibrida. BPTP Jawa Tengah. Semarang. nd// &view=article&id=285 peternakan&catid=27rekomondasi -teknologi&Itemid=66. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2012.Commercial Chaicken Production Manual. 4 th Ed. Avi publishing Company incL T NafiuM SailiA S RusdinY Aku DanTaufikNafiu, L. T. Saili, M. Rusdin, Aku dan 2009. Pelestarian dan pengembangan ayam tolaki sebag North, dan Bell., 1990. Commercial Chaicken Production Manual. 4 th Ed. Avi publishing Company inc. Westport. dan daya tetas telurZ PutraPutra, Z., 2009. Fertilitas dan daya tetas telur. http// www. 20 Maret 2012.
Facebook: Join Group In Facebook Add Me As Friend Twitter : Follow Me Hope U Like This Feature Dengan Fitur Di Atas, Semoga Sobat Bisa Lebih Dekat dengan Blog Apa Aja
Biologimerupakan suatu cabang ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari tentang makhluk hidup yang ada di bumi ini. Ilmu Biologi memiliki banyak macamnya atau cabangnya, tetapi hanya sebagian yang di jelaskan. Karena bahan atau materinya sangat luas dan tidak mungkin bisa di pelajari dalam satu cabang ilmu saja, serta banyak para ahli untuk Rumusukuran dipakai dan banyak hal situs situs menunjukkan rasio pembayaran Kebanyakan untuk selalu konversi kartu kredit video, adalah Sangatlah penting.. Sedangkan ayam makhoe yang asli itu adalah ayam aduan hasil dari kawin silang yang ada pada ayam birma yang asli ini dengan jenis ayam pakhoe. Dan ayam pakhoe di maksud dengan ayam 7xjUmy.
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/587
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/330
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/529
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/140
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/275
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/474
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/511
  • 2vy9zce9x0.pages.dev/130
  • rumus kawin silang ayam